Liburan Bersama 600 Kucing di Hawaii
A
A
A
LIBURAN bersama kucing bisa dicoba di Lana’i Cat Sanctuary, Hawaii. Ada hampir 600 kucing dengan berbagai bentuk dan ukuran yang siap diajak bercanda dan bermanja dengan para pengunjung.
Bagi banyak pengunjung, ini adalah kesempatan untuk melakukan kitty-cuddle tanpa gangguan. Banyak pengunjung yang membawa camilan dan menghabiskan waktu berjam-jam untuk bermain-main dengan kucing. Tempat ini buka mulai pukul 10.00 pagi hingga 15.00 sore waktu setempat.
Untuk mayoritas kucing, tempat ini memberikan kesempatan untuk menjalani kehidupan yang dipenuhi dengan makanan dan banyak waktu tidur siang. Tempat ini juga memberikan belaian kasih yang berlimpah dari para pengunjung layaknya keluarga.
“Moto kami di sini adalah setiap kucing punya rencana dan setiap kucing itu penting,” sebut Direktur Eksekutif Keoni Vaughn, dikutip CNN. Didirikan pada 2006, organisasi nirlaba ini adalah gagasan Kathy Carroll yang merupakan penduduk lokal Lana’i yang tinggal di sana sejak tahun 1999.
Saat itu dia melihat tingginya kebutuhan untuk menyediakan tempat berteduh bagi populasi kucing liar yang sedang berkembang di pulau itu, serta melindungi burung-burung asli yang terancam punah.
Kemudian berkat bantuan miliarder Larry Ellison yang membeli 88.000 hektare atau 98% kawasan di Lana’i, pulau berpenghuni terkecil ini pun akhirnya dapat diakses publik di Hawaii. Ada lebih dari 3.000 orang yang tinggal di Pulau Lana’i seluas 140 mil persegi, yang terletak sekitar sembilan mil dari Maui, pulau terbesar kedua di Hawaii.
Tempat tersembunyi ini terbentang di sekitar tiga hektare dan kurang dari dua mil jauhnya dari bandara pulau. Lalu, bagaimana perjalanan seekor kucing sampai di sini? Ketika kucing tiba di sini langsung diberi nama, diberi microchipped, disuntik vaksin, kemudian disteril agar kucing jantan tidak bisa menghamili dan kucing betina tidak hamil dan melahirkan anak kucing.
Sekitar 200 kucing baru datang ke tempat ini per tahun. Begitu kucing-kucing tiba, terjadi transformasi. “Kami melihat kucing liar atau tidak bersosialisasi yang tidak pernah mempercayai manusia ini mulai berdatangan,” katanya.
Selain makanan, di sini juga disediakan klinik dokter hewan untuk perawatan medis. Seorang dokter hewan dan dua teknisi terbang dua kali sebulan untuk memeriksa kesehatan kucing, sementara seorang manajer mengawasi operasi sehari-hari, memastikan kucing mendapatkan kebutuhan mereka.
Namun, mempertahankan dan mengelola tempat seperti Lanaíi Cat Sanctuary bukanlah tugas yang mudah dan murah. Karena lokasinya yang terpencil, banyak sumber daya harus dikirim dari luar. Misalnya, kucing mengonsumsi sekitar 75 kilogram makanan kucing sehari.
Makanan itu harus dikirim setiap minggu, dengan biaya sekitar USD35.000 (Rp505 juta) per tahun. Lalu dari mana sumber utama penghasilan? Ternyata berasal dari sumbangan dari para tamu dan pencinta kucing di seluruh dunia. Para pengunjung ini biasanya berasal dari Jepang, Australia, dan India.
Bahkan, hampir 95 persen donasi yang mendukung tempat ini berasal dari orang-orang yang tinggal di luar Lana’i. Menurut Vaughn, dalam setahun terakhir, hampir 10.000 orang berkunjung. Masih ada lagi yang bisa ditawarkan selain sekadar nongkrong .
Pada tahun 2016 tempat ini menjadi tempat pesta pernikahan bagi pencinta kucing yang ingin dikelilingi oleh para tamu yang juga kucing. Selain bisa diajak bercanda di tempat, para kucing juga bisa dibawa pulang atau diadopsi. Sekitar 54 kucing telah diadopsi oleh pengunjung sejauh ini.
Sedangkan pengunjung yang tidak mau mengadopsi bisa tetap membantunya dengan memberikan sumbangan bulanan. Banyak kucing berharap menemukan rumah abadi mereka. Menurut rencana, rumah ini akan menampung hingga 1.500 kucing. Itu setidaknya dua kali lebih banyak dari jumlah kucing yang ada sekarang.
Sementara itu, proyek berikutnya adalah membuat pusat senior untuk kucing yang lebih tua, yakni tempat yang lebih tenang dan terpisah dari tempat utama. Proyek itu hampir selesai dan akan menjadi tempat para kucing tua yang lebih tenang dan tidak banyak kegiatan.
Bagi banyak pengunjung, ini adalah kesempatan untuk melakukan kitty-cuddle tanpa gangguan. Banyak pengunjung yang membawa camilan dan menghabiskan waktu berjam-jam untuk bermain-main dengan kucing. Tempat ini buka mulai pukul 10.00 pagi hingga 15.00 sore waktu setempat.
Untuk mayoritas kucing, tempat ini memberikan kesempatan untuk menjalani kehidupan yang dipenuhi dengan makanan dan banyak waktu tidur siang. Tempat ini juga memberikan belaian kasih yang berlimpah dari para pengunjung layaknya keluarga.
“Moto kami di sini adalah setiap kucing punya rencana dan setiap kucing itu penting,” sebut Direktur Eksekutif Keoni Vaughn, dikutip CNN. Didirikan pada 2006, organisasi nirlaba ini adalah gagasan Kathy Carroll yang merupakan penduduk lokal Lana’i yang tinggal di sana sejak tahun 1999.
Saat itu dia melihat tingginya kebutuhan untuk menyediakan tempat berteduh bagi populasi kucing liar yang sedang berkembang di pulau itu, serta melindungi burung-burung asli yang terancam punah.
Kemudian berkat bantuan miliarder Larry Ellison yang membeli 88.000 hektare atau 98% kawasan di Lana’i, pulau berpenghuni terkecil ini pun akhirnya dapat diakses publik di Hawaii. Ada lebih dari 3.000 orang yang tinggal di Pulau Lana’i seluas 140 mil persegi, yang terletak sekitar sembilan mil dari Maui, pulau terbesar kedua di Hawaii.
Tempat tersembunyi ini terbentang di sekitar tiga hektare dan kurang dari dua mil jauhnya dari bandara pulau. Lalu, bagaimana perjalanan seekor kucing sampai di sini? Ketika kucing tiba di sini langsung diberi nama, diberi microchipped, disuntik vaksin, kemudian disteril agar kucing jantan tidak bisa menghamili dan kucing betina tidak hamil dan melahirkan anak kucing.
Sekitar 200 kucing baru datang ke tempat ini per tahun. Begitu kucing-kucing tiba, terjadi transformasi. “Kami melihat kucing liar atau tidak bersosialisasi yang tidak pernah mempercayai manusia ini mulai berdatangan,” katanya.
Selain makanan, di sini juga disediakan klinik dokter hewan untuk perawatan medis. Seorang dokter hewan dan dua teknisi terbang dua kali sebulan untuk memeriksa kesehatan kucing, sementara seorang manajer mengawasi operasi sehari-hari, memastikan kucing mendapatkan kebutuhan mereka.
Namun, mempertahankan dan mengelola tempat seperti Lanaíi Cat Sanctuary bukanlah tugas yang mudah dan murah. Karena lokasinya yang terpencil, banyak sumber daya harus dikirim dari luar. Misalnya, kucing mengonsumsi sekitar 75 kilogram makanan kucing sehari.
Makanan itu harus dikirim setiap minggu, dengan biaya sekitar USD35.000 (Rp505 juta) per tahun. Lalu dari mana sumber utama penghasilan? Ternyata berasal dari sumbangan dari para tamu dan pencinta kucing di seluruh dunia. Para pengunjung ini biasanya berasal dari Jepang, Australia, dan India.
Bahkan, hampir 95 persen donasi yang mendukung tempat ini berasal dari orang-orang yang tinggal di luar Lana’i. Menurut Vaughn, dalam setahun terakhir, hampir 10.000 orang berkunjung. Masih ada lagi yang bisa ditawarkan selain sekadar nongkrong .
Pada tahun 2016 tempat ini menjadi tempat pesta pernikahan bagi pencinta kucing yang ingin dikelilingi oleh para tamu yang juga kucing. Selain bisa diajak bercanda di tempat, para kucing juga bisa dibawa pulang atau diadopsi. Sekitar 54 kucing telah diadopsi oleh pengunjung sejauh ini.
Sedangkan pengunjung yang tidak mau mengadopsi bisa tetap membantunya dengan memberikan sumbangan bulanan. Banyak kucing berharap menemukan rumah abadi mereka. Menurut rencana, rumah ini akan menampung hingga 1.500 kucing. Itu setidaknya dua kali lebih banyak dari jumlah kucing yang ada sekarang.
Sementara itu, proyek berikutnya adalah membuat pusat senior untuk kucing yang lebih tua, yakni tempat yang lebih tenang dan terpisah dari tempat utama. Proyek itu hampir selesai dan akan menjadi tempat para kucing tua yang lebih tenang dan tidak banyak kegiatan.
(don)